Tahun 2014 bukanlah tahun yang baik bagi keselamatan penerbangan, karena dua pesawat berbadan lebar jatuh ke laut, bersama 401 penumpang serta awak pesawatnya, karena penyebab yang belum jelas.
Dalam kedua kasus itu, komunikasi dengan pesawat tiba-tiba hilang, sebelum pilot-pilot itu sempat melaporkan permasalahannya. Pesawat-pesawat yang melakukan penerbangan melewati laut serta jauh dari daratan berada di luar jangkauan radar serta sistem stereo di darat daratan.
Komunikasi satelit serta teknologi navigasi seperti GPS UNIT serta telpon satelit, memungkinkan komunikasi dengan pesawat udara serta menentukan lokasinya.
"Alasan mengapa kita tidak mempunyai teknologi ini di semua tempat adalah biaya, inch kata Eileen Braasch, seorang wizard teknik elektronika Universitas Ohio.
“Kemampuan mengirim pesan-pesan melalui penyedia komunikasi satelit memerlukan biaya serta sampai belum lama ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk dapat melacak pesawat dari detik ke detik, ” kata Eileen Braasch.
Pilot-pilot diwajibkan melaporkan posisinya secara berkala, sehingga Pengawas Lalu-lintas udara atau Air Targeted traffic Command (ATC) dapat terus mengetahui lokasi mereka. Namun, Dalam keadaan darurat yang memerlukan keputusan cepat, seringkali initial tidak punya waktu untuk menelpon.
Pada awal Desember, Persatuan Transportasi Udara Internasional menerbitkan sebuah laporan yang menganjurkan, bahwa setiap pesawat dilengkapi dengan sebuah sistem yang melaporkan posisi pesawat tanpa keterlibatan initial. Braasch mengatakan, sebagian maskapai penerbangan anggota organisasi itu enggan menerapkan anjuran itu.
“Umumnya adalah karena alasan tambahan biaya serta keharusan memasang sistem yang disetujui. Secara teknologi, tidak ada masalah. Ada sistem navigasi berdasar satelit semacam GPS UNIT, ada teknologi komuniasi satelit selama lebih dari 20-25 tahun, ” lanjutnya.
Selain itu, sebagian initial berkeberatan jika ada sistem elekronik mandiri di pesawatnya yang tidak bisa dimatikan jika terjadi kebakaran. Sejauh ini, hanya alat perekam information penerbangan yang disebut “kotak hitam” yang tidak dapat dikontrol initial.
Braasch mengatakan, setelah bencana pesawat Malaysia Flight companies bulan 03 lalu, jelas bahwa sesuatu harus dilakukan.
“Kita kehilangan sebuah pesawat berbadan lebar serta kita tidak tahu pesawat itu berada di mana serta dalam dunia sekarang ini, itu benar-benar tidak masuk akal, ” imbuhnya.
Amerika serta Eropa sedang bersiap-siap untuk menerapkan sebuah sistem yang disebut Computerized Centered Monitoring : Transmit (ADS-B), yang didesain untuk mengirim posisi pesawat secara berkala, kepada pengawas lalu lintas udara serta pesawat-pesawat lain di dekatnya.
Sistem itu akan diwajibkan bagi sebagian pesawat di Eropa selambat-lambatnya tahun 2017 serta di Amerika selambat-lambatnya tahun 2020.
Belum ada tanggapan untuk "Teknologi Baru untuk Lacak Posisi Pesawat Terbang di Udara"
Post a Comment